Sesal atau lega? Ia tidak tahu yang mana perasaannya saat ini. Keduanya sama salah dan sama benarnya. Sesal karena tidak akan mungkin menghapus kegelapan masa lalu tetapi bila masa lalu tidak ada, maka tidak akan pernah ada dirinya yang sekarang. Lega karena apa yang selalu menjadi ganjalan hatinya telah terungkapkan walaupun impian kecil di sudut hatinya tidak akan pernah tercapaikan.
Tetapi satu hal yang pasti ia yakini adalah jalan yang dipilihnya ini adalah jalan yang terbaik dan pantas diterima bagi semua orang, terutama orang yang paling disayanginya itu. Dan dirinya pantas berada di sini, di dalam benda yang sedang melaju kencang menembus awan menuju kehidupan baru dengan hanya ditemani sebuah buku perlambangkan belahan hatinya.
Diusapnya lembut sampul buku berilustrasi indah ketika seorang pramugari menawarinya minum. Ia menolaknya dengan halus dibarengi dengan senyuman ramah, kemudian ia merenungi apa yang telah ia lewati dalam sebulan ini. Banyak hal yang telah terjadi dalam waktu hanya tiga puluh hari. Begitu singkat, namun cukup panjang untuk mengombang-ambingkan hidupnya yang tanpa gairah sembari mengorek habis borok luka masa lalunya hingga bersih tak bersisa. Wajah itu dan senyuman yang menyejukkan itu tidak akan pernah hilang dari pikirannya untuk selama-lamanya, namun itu bukan masalah. Ya, Tuhan telah memberikan waktu tiga puluh hari untuk menuntaskan apa yang telah menjadi ganjalan hatinya selama sepuluh tahun sebelumnya dan untuk itulah ia mengucapkan puji syukur kepada Sang Maha Kuasa. Akan ada kebahagiaan lain menantinya di kehidupannya yang baru nanti. Walaupun bukan sekarang. Walaupun tidak akan lengkap tanpa dirinya. Tetapi pasti ada.
Keyakinan itu membuatnya tenang. Ia pun memasukkan buku itu ke dalam saku dalam jaketnya. Perlambang sebagian hatinya yang kini tertinggal di tanah air itu perlu disimpan di tempat yang paling dekat dengan letak jantungnya berada supaya ia merasakan dirinya lebih dekat dari yang sebenarnya. Kemudian ketika baru dipejamkan matanya untuk mulai pelayaran ke alam mimpi, seseorang menyentuh pundaknya dengan lembut. Si pelayan itu lagi, pikirnya. Ia pun berniat menolak halus tawaran apapun yang dapat mencegahnya bertemu dengan orang itu di dalam dunia mimpi.